Rasulullah -shollallohu
‘alaihi wasallam- bersabda :
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ
الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ
الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى
الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Aku menjamin sebuah
rumah di pinggir jannah (surga) bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan
berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran (al haq), juga sebuah rumah di
tengah jannah bagi siapa saja yang meninggalkan berbohong walaupun ia
sedang bercanda, serta sebuah rumah di puncak jannah bagi siapa saja yang
berakhlak mulia.”
(HR.
Abu Dawud, Dinyatakan Hasan shahih oleh Syaikh Al Albani)
Umar Bin Khattab
berkata :
لا يجد عبد حقيقة الإيمان حتى يدع المراء
وهو محق ويدع الكذب في المزاح وهو يرى أنه لو شاء لغلب
“Seseorang tidak
akan merasakan hakikat iman sampai ia mampu meninggalkan perdebatan yang
berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran, dan meninggalkan berbohong meskipun
hanya bercanda padahal ia tahu seandainya ia mau ia pasti menang dalam
percebatan itu”
(Kanzul
Ummal juz 3 hal 1165)
Imam Ishaq bin Isa
berkata :
“Imam Malik bin Anas
mengatakan : “Debat kusir dan pertengkaran dalam masalah ilmu akan menghapuskan
cahaya ilmu dari hati seseorang”
Imam Ibnu Wahab
berkata : “Aku mendengar Imam Malik bin Anas mengatakan :
“Perdebatan dalam ilmu akan mengeraskan hati
dan menyebabkan kedengkian”
(Jaami’
al Uluum wak Hikam 11/16)
Di antara tanda
sebuah diskusi telah berubah menjadi debat kusir
- Nada suara mulai meninggi
- Tulisan mulai menggunakan istilah yang emosional
- Mulai muncul kata-kata ejekan atau sebutan yang merendahkan
- Mengulang-ulang argumentasi
- Mengingkari aksioma
- Menolak logika
- Mulai melibatkan perasaan dan emosi yang berlebihan
* aksioma =
pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa harus melalui pembuktian
Jika sudah seperti
ini, sebaiknya segera tinggalkan saja karena bukan manfaat yang akan kita
dapat, melainkan justru madhorot. Bukan ukhuwwah yang kita raih, melainkan
kebencian dan kedengkian yang kita peroleh.
“Janganlah kalian mencari ilmu untuk
menandingi para ulama atau untuk mendebat orang-orang bodoh atau agar bisa
menguasai pertemuan dan majlis-majlis. Barangsiapa yang berbuat seperti
itu, maka neraka baginya, neraka baginya.”
(Diriwayatkan
oleh Ibnu Hibban, Ibnu Majah dan Al Hakim, beliau menyatakan bahwa hadits ini
Shahih dengan para periwayat yang terpercaya sesuai dengan syarat-syarat Imam
Muslim)
Berbantah-bantahan,
sebab kekalahan perjuangan dan jihad
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا
لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا
وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“”Hai orang-orang
yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah
kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, DAN JANGANLAH KAMU BERBANTAH-BANTAHAN, YANG
MENYEBABKAN KAMU MENJADI GENTAR DAN HILANG KEKUATANMU dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Anfal 45 – 46)
Imam Ibnul Qoyyim Al
Jauziyyah menjelaskan ayat 45 – 46 surah Al Anfal dengan penjelasan berikut :
“Di sini, Alloh
memerintahkan lima hal kepada para mujahidin. Tidaklah kelima hal ini terkumpul
dalam tubuh sebuah kelompok melainkan kelompok itu pasti menang, walau pun
jumlahnya sedikit dan jumlah musuhnya banyak :
Pertama: Istiqomah dan tsabat
Kedua: Banyak berdzikir (mengingat)
menyebut nama Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala
Ketiga: Mentaati Alloh dan mentaati Rosul-Nya
Keempat: Persatuan kalimat dan tidak saling
berbantah bantahan, karena itu akan menghantarkan kepada kegentaran dan
kelemahan. Berbantah-bantahan ini adalah tentara yang bisa menguatkan musuh
dari orang yang saling berbantah-bantahan untuk mengalahkan mereka. Karena
dengan bersatu, suatu pasukan seperti seikat anak panah yang tidak seorang pun
mampu mematahkannya. Jika anak panah itu dipisah-pisah, musuh akan bisa
mematahkannya.
Kelima: Yang merupakan kunci, pilar dan
penopang keempat hal di atas, yaitu : Sabar.
Inilah lima hal yang
menjadi dasar terbangunnya kemenangan. Ketika kelima hal ini –atau sebagiannya—
hilang, kemenangan pun akan hilang sebanding dengan berkurangnya sebagian
darinya. Jika semuanya terkumpul, satu sama lain akan saling menguatkan,
sehingga pasukan tersebut akan melahirkan pengaruh yang besar dalam meraih kemenangan.
Ketika kelima hal ini terkumpul dalam diri para shahabat, tidak ada satu pun
bangsa di dunia yang mampu menandingi mereka. Mereka taklukkan dunia dan
seluruh rakyat serta negeri tunduk kepada mereka. Tatkala generasi sepeninggal
mereka berpecah belah dan melemah, terjadilah apa yang terjadi, la haula wa la
quwwata illa billaahil ‘Aliyyi ‘l ‘Adzim; tiada daya dan kekuatan melainkan
(dengan) pertolongan Alloh yang Mahatinggi lagi Maha Agung.
(Al Furusiyyah :
Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah hal 506)
Dzikir, batu bata
untuk membangun rumah di jannah
أن بيوت الجنة تبنى بالذكر فإذا أمسك
الذاكر عن الذكر أمسكت الملائكة عن البناء
“Sesungguhnya
rumah-rumah kita di jannah dibangun dengan dzikir, maka ketika seseorang
berhenti berdzikir, malaikat pun berhenti membangun rumah itu.”
(Al
Wabil Ash Shoib – Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah 1/109).
Oleh: Ustadz
Fuad Al Hazimi
Sumber: arrahmah.com